Framing Hasan Nasbi: Tak Ada Ancaman Kebebasan Pers dalam Teror Kepala Babi
Sabtu, 22 Maret 2025 22:23 WIB
Peristiwa ini tidak hanya insiden terisolasi, tapi bagian dari hubungan kekuasaan, kontrol media, dan upaya mempertahankan dominasi politik,
Baru-baru ini dikabarkan bahwa kantor redaksi Tempo mendapat teror berupa kiriman kepala babi tanpa nama pengirim. Teror tersebut ditujukan kepada Francisca Cristy Rosana (Cica) sebagai jurnalis sekaligus host pada podcast Bocor Alus Politik (BAP). Ini tentu saja merupakan ancaman terhadap kebebasan pers.
Kepala Kantor Komunikasi Kapresidenan Hasan Nasbi memberi tanggapan soal teror tersebut.
Analisis :
Paradigma kritis melihat peristiwa ini tidak hanya sebagai insiden terisolasi tetapi sebagai bagian dari hubungan kekuasaan, kontrol media, dan upaya mempertahankan dominasi politik. Dalam hal ini mencangkup :
- Teror terhadap jurnalis menunjukkan pola ancaman yang dapat menghambat kebebasan pers.
- Pernyataan Hasan yang menganggap kejadian ini bukan ancaman menunjukkan upaya mendiskreditkan pengalaman jurnalis dan melemahkan solidaritas terhadap kebebasan pers.
- Respons pemerintah yang meremehkan insiden ini mencerminkan sikap permisif terhadap intimidasi terhadap media.
Teori Analisis Wacana :
Teori ini membantu untuk memahami bagaimana bahasa digunakan dalam berita dalam membentuk opini.
Pemilihan kata dan Framing dalam pernyataan Hasan Nasbi :
- “Ini problem mereka dengan entah siapa.”
Framing: Masalah ini direduksi sebagai konflik antara Tempo dengan pihak lain, tanpa mengakui adanya ancaman terhadap kebebasan pers.
Efek: Mengabaikan bahwa kejadian ini adalah bagian dari pola intimidasi terhadap jurnalis dan kebebasan pers.
- “Apakah itu beneran seperti itu. Atau cuma jokes.”
Framing: Menggeser wacana dari ancaman menjadi sesuatu yang tidak serius.
Efek: Meremehkan rasa aman jurnalis dan menganggap bahwa teror sebagai sesuatu yang dianggap lucu.
- “Saya lihat medsos Cica. Dia minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam.”
Framing: Menggunakan respons santai Cica sebagai bukti kejadian ini bukan merupakan ancaman. Efek: Mengabaikan konteks dimana jurnalis terkadang merespons ancaman dengan humor sebagai bentuk pertahanan diri.
- “Kalau dianggap bencana oleh mereka, itu juga bisa dimasak.”
Framing: Menggunakan bahasa yang seolah-olah dapat mengecilkan suatu masalah
Efek: Menciptakan pandangan bahwa pemerintah tidak menganggap bahwa kekerasan terhadap jurnalis merupakan hal yang serius.
Wacana Dalam Berita :
- “Pengiriman kepala babi merupakan bentuk teror terhadap kebebasan pers.”
Framing: Menunjukan bahwa kejadian ini bukan hanya persoalan individu tetapi menyangkut persoalan demokrasi. Efek: Memperkuat urgensi bagi pemerintah untuk bertindak.
- “ Kekerasan terhadap jurnalis dapat meningkat jika tidak diusut tuntas.”
Framing: Mengingatkan kejadian ini dengan ancaman yang lebih besar terhadap kebebasan pers.
Efek: pentingnya perlindungan bagi jurnalis.
- “Dari survei terhadap 760 jurnalis, 24% mengalami teror dan intimidasi.”
Framing: Menggunakan data untuk menantang klaim pemerintah yang menyatakan bahwa kebebasan pers tetap terjamin.
Efek: Membantu membangun kesadaran bahwa ancaman terhadap jurnalis adalah masalah nyata.
Dengan menggunakan paradigma kritis dan teori analisis wacana, kita dapat melihat bahwa peristiwa ini lebih dari sekadar teror terhadap Tempo, tetapi bagian dari persoalan tentang kebebasan pers.
Pemerintah menggunakan bahasa untuk mengecilkan permasalahan ini, mengalihkan perhatian dari ancaman nyata terhadap jurnalis, dan mempertahankan citra bahwa kebebasan pers tetap terjamin.
*) Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Teori Komunikasi dengan dosen pengampu Rachma Tri Widuri S.Sos.,M.Si.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Literasi Digital Penyelamat Bermedia Sosial
Sabtu, 7 Juni 2025 19:38 WIB
Framing Hasan Nasbi: Tak Ada Ancaman Kebebasan Pers dalam Teror Kepala Babi
Sabtu, 22 Maret 2025 22:23 WIBArtikel Terpopuler